
Jakarta, aspekindonesia.com | (15 Oktober 2025) Konfederasi ASPEK Indonesia menegaskan sikap tegasnya Di tengah derasnya arus kebijakan liberalisasi pasar tenaga kerja dan revisi regulasi ketenagakerjaan, untuk memperjuangkan reformasi sistem ketenagakerjaan nasional yang lebih adil dan berpihak pada pekerja. Isu-isu besar seperti pemagangan terselubung, sistem outsourcing yang eksploitatif, kesenjangan upah antar daerah, serta lemahnya perlindungan sosial menjadi sorotan utama dalam Konsolidasi Pra Kongres I Konfederasi ASPEK Indonesia yang digelar di Aula Al Kautsar PKP, Jakarta Timur.
Kegiatan bertema “Reformasi Ketenagakerjaan Indonesia; Saatnya Buruh Menentukan Arah!” ini dihadiri pimpinan dari tiga organisasi anggota konfederasi, yakni Federasi ASPEK PLPT Indonesia (Asosiasi Serikat Pekerja Pos, Logistik, Pelabuhan dan Transportasi Indonesia), ASPEK Indonesia (Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia) dan ASPEK PHR Indonesia (Asosiasi Serikat Pekerja Perdagangan, Hotel dan Restoran Indonesia). Forum ini menjadi ajang konsolidasi pemikiran dan langkah strategis buruh untuk memastikan arah perjuangan gerakan pekerja Indonesia tetap sejalan dengan nilai keadilan sosial dan kedaulatan ekonomi nasional.

Acara dibuka oleh Ketua Majenas ASPEK Indonesia, Fahrizal, yang menegaskan pentingnya momentum konsolidasi ini sebagai sarana memperkuat arah perjuangan buruh.
“Pra Kongres ini bukan sekadar seremoni, tapi momentum memperkuat arah perjuangan dan memastikan ASPEK Indonesia menjadi rumah besar yang solid dan berpihak pada keadilan,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Konfederasi ASPEK Indonesia, Tri Asmoko Aripan, menyampaikan pembaruan penting terkait dinamika perjuangan buruh nasional. Ia menyoroti sejumlah isu strategis, mulai dari kemenangan uji materi Tapera di Mahkamah Konstitusi hingga ancaman sistem pemagangan dan rancangan undang-undang ketenagakerjaan yang baru.
“Kita patut bersyukur, Mahkamah Konstitusi telah mengabulkan gugatan yang menegaskan kepesertaan Tapera tidak boleh diwajibkan. Itu hasil perjuangan kolektif serikat pekerja, termasuk ASPEK Indonesia,” tegas Tri.
Tri juga mengkritisi praktik pemagangan dan outsourcing yang kian merugikan pekerja serta menyoroti kesenjangan upah antar daerah dan lemahnya perlindungan sosial.
“Hari ini sarjana direkrut sebagai tenaga magang, ini merusak sistem pengupahan. Kita dorong reformasi jaminan sosial agar pesangon pekerja dicadangkan sejak awal melalui BPJS Ketenagakerjaan,” ujarnya.
Ia menutup dengan penegasan bahwa ASPEK Indonesia adalah organisasi independen yang berjuang untuk kepentingan buruh, bukan politik kekuasaan.
“ASPEK Indonesia tidak berada di bawah partai politik manapun. Datanglah untuk membawa manfaat bagi perjuangan, bukan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi,” tutup Tri.

Wakil Presiden ASPEK PHR Indonesia, Agung Priasmoro, yang mewakili Presiden PHR Indonesia, Rukanda, juga ikut menyampaikan semangat yang sama. Ia menyoroti tantangan di sektor perdagangan, hotel dan restoran, terutama di era globalisasi dan e-commerce yang makin ketat persaingannya.
“Sekarang kita harus kuatkan juga sisi digitalnya, terutama di sektor jasa seperti retail dan commerce,” ujarnya.
Agung juga mengajak semua pengurus dan anggota untuk tetap solid dan sering berkonsolidasi.
“Intinya semangat aja kawan-kawan, ikuti arahan pimpinan, dan kita cari solusi bareng-bareng. Hidup buruh! ASPEK Indonesia!” serunya menutup sambutan dengan semangat kolektif yang menggelora.

Sementara itu, Suwandi, Wakil Presiden ASPEK PLPT Indonesia, menegaskan pentingnya konsolidasi berkelanjutan di setiap federasi. Ia menggambarkan perjuangan organisasi seperti
“organisasi ini seperti bayi yang baru lahir” harus terus dirawat, dilatih, dan digerakkan supaya tumbuh kuat dan dewasa. “Kalau kita merasa nyaman, jiwa berjuang kita hilang. Jadi buruh harus terus bergerak, baik dalam kondisi nyaman maupun tidak nyaman. Karena kalau kita diam, siapa lagi yang akan berjuang?” ujarnya lantang.
Ia juga mengingatkan agar setiap pejuang buruh tetap menjaga keseimbangan antara perjuangan dan tanggung jawab keluarga, supaya semangat berorganisasi tetap sehat dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Konfederasi ASPEK Indonesia, Muhamad Rusdi, menekankan pentingnya Reformasi Relasi kuasa, Reformasi Jaminan Sosial, Reformasi penguapahan dan juga Reformasi iklim Investasi
Terkait Reformasi Relasi kausa dan Relasi sosial, maka hubungan antara pengusaha, buruh, dan pemerintah harus dibangun di atas relasi kuasa yang seimbang, di mana setiap pihak saling membutuhkan bukan saling mendominasi.
Ia menekankan pentingnya solidaritas organisasi dan peningkatan kompetensi pekerja agar buruh mampu berdiri sejajar dengan perusahaan.
“Kalau mau sejajar, jangan berdiri sendiri-sendiri. Harus bersatu dalam organisasi yang melahirkan kader terbaik dan profesional. Kompetensi itu penting, tapi solidaritas dan kesatuan jauh lebih penting,” lanjutnya.
Rusdi juga mengaitkan isu kompetensi buruh dengan struktur ekonomi nasional dan logika kapitalisme global.
“Kita harus sadar, yang punya duit itu bukan buruh, bukan pengusaha, tapi sistem keuangan global. Lihat saja, pemberi hutang dan investor terbesar Indonesia itu Singapura, bukan karena mereka punya sumber daya alam, tapi karena sistem dan solidaritas ekonomi mereka kuat,” jelasnya.
“Di Singapura, upah tinggi dan iuran jaminan sosial mencapai 33%. Artinya, satu orang bisa menabung ratusan juta per tahun. Di Indonesia, kalau 60 juta buruh formal bisa menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan, kita bisa punya lembaga sebesar Singapura Norwegia atau Jepang. sehingga para pengusaha tatkala butuh pembiayaan usaha bisa pinjam ke dana buruh, dengan bunga yang lebih rendah dari bank. Sehinga selisihnya bisa di alihkan ke upah minimum”.
Sebagai penutup, Rusdi menegaskan langkah strategis ke depan: mendorong kenaikan upah minimum nasional dan memperkuat posisi buruh dalam struktur ekonomi.
“Kita dorong upah minimum semaksimal mungkin. Target kita setara dengan standar nisab BAZNAS tahun 2025, yaitu minimal Rp7,1 juta. Upah di bawah itu belum layak, belum sejahtera,” tegasnya.
Dengan semangat “Bersatu, Berjuang, Sejahtera,” Konfederasi ASPEK Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan keadilan sosial, kesejahteraan pekerja, dan reformasi ketenagakerjaan yang berpihak pada buruh Indonesia.(TM/RS)
